Dari Pada Antri di ATM mending Bayar2 Sambil Santai di HP Pribadi. Lebih Murah dan Dapat Cashback !

Kamis, 03 November 2011

Kebutaan Ancam Bayi Prematur

Jakarta-Apakah anda tahu bahwa Bayi lahir premature mengalami ancaman kebutaan yang sangat tinggi?. Bagi anda yang pernah mengalaminya mungkin tahu, namun tidak semua orang mengetahuinya. Walaupun akhir-akhir ini kasus tersebut semakin mencuat ke permukaan.

Apa sebenarnya penyebab kebutaan bayi lahir premature?. Dr. Rini Hersetyati, SpM mencoba menjelaskannya pada seminar yang digelar Klinik Mata Nusantara, kamis (25/06) siang di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.

Menurut DR. Rini penyebab kebutaan bayi lahir premature adalah Retinopathy of prematurity (ROP), yaitu kelainan pada mata yang disebabkan adanya gangguan perkembangan retina (selaput syaraf yang melapisi dinding dalam bola mata). Bayi yang lahir normal tidak dilahirkan dengan symptom ROP, melainkan dengan retina yang belum matang (pembuluh darah di retina belum lengkap).

”Sebenarnya tidak semua bayi premature lahir dengan ROP. Kalaupun ada gejalanya, kebanyakan ROP tersebut membaik tanpa pengobatan pada stadium yang awal. Akan tetapi bila pada bayi prematur dengan ROP yang berkembang ke stadium yang lanjut diperlukan penanganan secepatnya,” jelas dr. Rini dalam seminar tersebut.

Lebih jauh dijelaskan, ROP pada umumnya terjadi pada kedua mata. Kendati demikian perkembangan stadiumnya tidak sama pada kedua mata. Bisa jadi salah satu matanya jadi lebih buruk. Namun memang sangat jarang ditemukan adanya kasus ROP sebelah mata. Faktor risiko ROP terjadi bila berat lahir bayi kurang dari 1500 gr dan umur kelahiran bayi kurang dari 32 minggu (8 bulan) atau bayi yang lahir prematur.

Bayi prematur memiliki banyak risiko, hingga resiko kematian. Namun dengan semakin berkembangnya teknologi neonatologi, bayi prematur dengan berat yang minimal sekalipun dapat bertahan hidup.

Sayangnya dengan semakin besarnya kemungkinan hidup, risiko ROP semakin besar juga, termasuk ROP pada stadium lanjut. ROP stadium lanjut dapat berakibat kebutaan bagi bayi.
”Kepedulian kami adalah memberikan informasi bagaimana menangani dan memahami ROP dengan baik dan benar hingga tidak berakhir fatal,” tambah dr. Rini.

Perkembangan bola mata

Lebih lanjut dr. Rini menjelaskan, Sebelum sampai pada penanganan perkembangan bola mata pada bayi sejak masa kehamilan. Sejak janin memasuki usia 4 minggu hingga minggu ke 40 terjadi perkembangan yang aktif pada mata.

Pada saat akhir masa kehamilan (fullterm) perkembangan mata bayi ukurannya mencapai setengah mata orang dewasa dan terus berkembang sampai umur 2 tahun. Bagi bayi prematur pertumbuhan bolamata tidaklah sempurna hingga bisa mengakibatkan ROP sampai stadium 5. Pada ROP stadium 5 ini hampir dipastikan bayi menjadi buta.

Agar kefatalan tidak terjadi, setiap bayi prematur harus mendapatkan diagnosa ROP dan dilakukan pada saat bayi berumur 4 – 6 minggu oleh dokter mata subspesialis retina dengan menggunakan Indirect ophthalmoscope atau dengan RETCAM II.

Sebelum diperiksa mata bayi akan diberi obat tetes yang berfungsi untuk melebarkan pupil supaya dokter dapat melihat retina dan pembuluh darahnya secara luas.

”Pemeriksaan dilakukan dengan bius topikal dan dibawah pengawasan dokter anestesi dan dokter anak atau perawat NICU sehingga keadaan umum bayi selalu diawasi,” tutur Rini lebih jauh.

Bayi akan terus diperiksa tiap 1 atau 2 minggu sampai dokter menyatakan perkembangan retinanya aman, yaitu Perkembangan pembuluh darah retina sudah lengkap.

Pada observasi selama 2 minggu berurutan menunjukkan adanya ROP stadium 2 di zona 3 tanpa tanda perburukan, sehingga bayi akan diperiksa ulang sampai pembuluh darah di retina lengkap dan sampai Tidak ditemukannya ROP lagi (terjadi regresi).

Kebanyakan bayi dengan ROP ringan (stadium 1 – stadium 3 ringan) akan mengalami perbaikan spontan (regresi) tanpa komplikasi atau timbul jaringan parut. Tetapi ada pula yang mengalami regresi tetapi masih berpotensi untuk terjadi komplikasi di kemudian hari.

Komplikasi tersebut berupa Strabismus (mata juling) dan ambliopia (mata malas), Myopia (rabun jauh), Glaukoma sampai Ablasio Retina, yang bisa terjadi pada usia 10 tahunan karena tarikan dari jaringan parut akibat pertumbuhan bola mata atau pengkerutan cairan vitreous. Oleh karena itu pada anak – anak dengan riwayat ROP sebaiknya tetap kontrol ke dokter mata setahun sekali walaupun tidak ada keluhan.

Bagaimana bila ROP terjadi. Penanganan aktif yang dilakukan adalah Laser atau Cryoterapi. Terapi laser lebih dianjurkan karena lebih aman, tidak terjadi pembengkakan dan risiko henti nafas juga sangat kecil dibanding cryoterapi.

”Penanganan dengan laser maupun cryo dilaporkan dapat mencegah kebutaan pada bayi ROP sebesar 50% dengan kata lain bahwa bayi ROP dengan threshold disease tersebut walaupun sudah diterapi setengahnya tetap akan terjadi kebutaan,” terang Rini.

Alternatif akhir bila ROP sudah stadium 4 adalah operasi vitrektomi dengan menyedot cairan vitreous dan membersihkan jaringan ikat. Tingkat keberhasilan setiap tindakan sangat tergantung pada keahlian dan pengetahuan dokter. Namun bila sejak awal bayi prematur didiagnosa ROP, kemungkinan risiko besar tidak akan terjadi. Jadi sayangi buah hati Anda dengan melakukan pencegahan dari pada pengobatan melalui diagnosa sejak Dini.
(EB-News/waa)

Sumber : http://ummizalfa.blogspot.com/2009/07/kebutaan-ancam-bayi-prematur.html

0 komentar:

Posting Komentar